Hari Sabtu kemarin Istri pergi mengikuti seminar mengenai pengajaran bahasa Inggris ke anak. Pembicara utama dalam seminar ini seorang pakar pendidikan anak bernama Irene F. Mongkar.
Wah, ndak kenal nih sama sosok Bu Irene. Kuketik nama beliau di Google Chrome punya address bar, dan kutekan tombol ENTER. Wah banyak juga hasilnya. Google menunjukkan bahwa ada kurang lebih 4100 tautan website. Ketika saya lihat di “Image Search Result”, banyak sekali foto-foto Bu Irene yang ditampakkan. Dari sekian banyak tautan, saya kunjungi beberapa. Tautan yang menurut saya menarik, saya tulis di bawah ini.
Tautan Pertama
Tautan pertama di hasil pencarian adalah sebuah postingan di blog yang dikelola oleh Mbak Aien Hisyam. Bukan link baru sih, postingan ini diunggah tanggal 9 September 2009. Jadi Mbak Aien ini pernah mewawancarai Bu Irene. Dan ternyata semua postingan di blog Mbak Aien itu adalah artikel-artikel yang sudah pernah dimuat di rubrik Cermin, Tabloid Wanita Indonesia.
Setelah membaca artikel itu, saya jadi tahu bahwa:
- Bu Irene dulunya General Manager di Tira Pustaka
- Bu Irene ini terkenal sebagai praktisi Glenn Doman (wah apa lagi ini? :D). Jadi beliau mengajari anak semata wayangnya, Dhea, membaca dari umur 3 bulan (apaa???). Dan sukses, Dhea sudah bisa membaca di usia 3 tahun
- Berkat keberhasilan ini, Bu Irene mulai mengadakan seminar untuk menceritakan bagaimana seorang anak baru berumur 3 tahun sudah bisa membaca
Wah kalah dong saya 😀 Saya dulu baru bisa membaca ketika TK nol besar, alias hampir 6 tahun. Hanya begitu saja, saya ingat betul betapa bangga orang tua saya. Apalagi ini baru berumur 3 tahun sudah bisa baca, pantaslah kalau sampai dibikin seminar … Hehehe
Tautan Kedua
Tautan kedua yang kuanggap menarik adalah postingan di blog Mbak Marita Ningtyas. Yang ini fresh nih, baru diunggah Februari 2015. Postingan ini aku temukan ketika aku melihat gambar-gambar di hasil pencarian Google. Trus aku melihat foto di bawah ini.
Di postingan mbak Marita, dia bercerita tentang seminar Bu Irene yang diadakan di Hotel Normans, Semarang pada tanggal 15 Februari 2015. Di dalam seminar itu mbak Marita belajar mengenai pentingnya menstimulasi anak sejak dini. Karena masa golden ages anak–masa dimana pertumbuhan otak anak maksimal– adalah di usia 6 bulan sampai 6 tahun, maka sangat penting untuk menstimulasi anak di usia ini.
Di seminar itu, Bu Irene memberi tips bagaimana kita bisa menstimulasi anak. Salah satunya adalah melalui buku. Ya, buku. Jadi bukan handphone, iPhone, iPad, atau Samsung Galaxy Tab. Salah satu buku yang Bu Irene sangat rekomendasikan adalah buku Widya Wiyata Pertama (WWP). Satu koleksi lengkap WWP harganya sekitar 8 juta rupiah, cukup mahal untuk ukuran mayoritas rakyat Indonesia. Tapi Bu Irene menekankan bahwa ini adalah investasi orang tua untuk masa depan anaknya.
Satu paket lengkap WWP berisi 24 buku. Jadi ya satu buku nilainya kurang lebih 400 ribu rupiah. Tapi jangan salah, WWP bukan sekedar buku biasa. Selain hardcover dan dicetak di kertas yang berkualitas dan lebih tebal dari HVS. WWP juga dilengkapi dengan penanda elektronik canggih. Jadi anak bisa menggunakan pena elektronik, untuk disentuhkan di bagian tertentu dari buku, maka keterangan tambahan dalam bentuk suara akan dibunyikan di “speaker”.
Seminar di Batam
Kayaknya udah kepanjangan ini bagian mencari tahu siapa itu Bu Irene F Mongkar :D. Oh ya, sepulang dari seminar, saya tanya Istri bagaimana kesan dan pesan setelah mengikuti seminar tadi. Setelah mendengar cerita Istri, saya jadi sedikit heran. Kok cerita Istri hampir sama ya dengan yang diceritakan Mbak Marita. Yaitu mengenai stimulasi anak sejak dini, pengenalan buku, dan bagaimana buku Widya Wiyata Pertama, walau mahal, sangat bagus untuk menstimulasi anak.
Saya kejar lagi, “Bagaimana dengan melatih anak bahasa Inggris di rumah? Apa yang bisa kita segera praktekkan?”
Istri pun menyebut beberapa hal:
- Aktif berkomunikasi dalam bahasa Inggris. Jadi anak harus sering diajak ngomong dalam bahasa Inggris. Jadi pengajarannya tidak lewat pengenalan grammar, tapi lebih ke percakapan. Untuk menambah vocabulary anak, sangat dianjurkan menggunakan flash card.
- Konsistensi. Ketika berkomunikasi dengan anak dalam bahasa Inggris, kita sebaiknya tidak mencampur-adukkan antara bahasa Inggris dan bahasa Indonesia. Jadi ketika kita menanyakan satu topik ke anak, misalnya mengenai sekolah, maka dalam satu topik ini kita harus konsisten dalam bahasa Inggris. Ketika kita memperkenalkan topik baru, nah di sini kita bisa berganti kembali ke bahasa Indonesia
- Koreksi. Ketika anak tidak bisa menjawab pertanyaan kita dalam bahasa Inggris, anak cenderung menjawab sekenanya. Nah di sini orang tua harus segera mengoreksi. Mengoreksi ya, bukan memarahi. Dengan tutur kata yang baik, kita ajari sang anak bagaimana menjawab pertanyaan tadi dalam bahasa Inggris dengan benar.
- Kontinuitas. Jadi orang tua harus sering-sering, diusahakan setiap hari, untuk mengajak anak berkomunikasi dalam bahasa Inggris. Ketika hari ini anak salah menjawab, maka orang tua mengajari jawaban yang benar, dan besoknya pertanyaan yang sama ditanyakan kembali
Nah, ini baru greget. Sebetulnya di rumah kami, Airen, sudah lumayan aktif kita ajak komunikasi dalam bahasa Inggris. Tapi mungkin masih kurang dalam konsistensi dan kontinuitas. Ini yang kami harap bisa kami tingkatkan di waktu mendatang.
Ok gitu. Berhubung bukan saya yang datang ke seminar, jadi yang saya tulis di sini mungkin melebihkan atau mengurangkan. Kalau ada koreksi atau tambahan informasi, kasih komentar di bawah ya?
Wassalaamualaikum Wr. Wb.